"Dampak Multidimensi Presentasi Korban Kekerasan dalam Film "Vina: Sebelum 7 Hari"
Oleh : Maulana Sajid Amrulloh
"Film yang saya ambil yaitu Film "Vina: Sebelum 7 Hari" menceritakan kisah seorang gadis bernama Vina yang menjadi korban kekerasan seksual. Film ini mengangkat isu penting tentang bagaimana korban kekerasan sering kali menghadapi stigma dan penderitaan psikologis yang mendalam. Selain itu, film ini juga menggambarkan bagaimana media massa berperan dalam mempresentasikan kasus-kasus seperti ini, yang dapat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap korban."
Analisis: Pers dan media massa berperan penting dalam membentuk opini masyarakat terhadap suatu isu.
Dalam kasus film Vina: Sebelum 7 Hari, media massa dapat mempengaruhi persepsi media terhadap korban kekerasan dengan berbagai cara.
Film Vina: Sebelum 7 Hari (Sumber) |
Pertama, cara media menggambarkan korban dapat mempengaruhi empati dan simpati masyarakat terhadap mereka. Oleh karena itu, masyarakat cenderung lebih perhatian dan perhatian ketika korban digambarkan sebagai orang-orang kuat yang melawan prasangka. Namun, ketika korban digambarkan sebagai orang yang lemah atau bersalah, masyarakat akan menjadi lebih kritis dan kurang berempati.
Kedua, media dapat mempengaruhi persepsi masyarakat mengenai seberapa umum kekerasan terjadi dan betapa seriusnya masalah ini. Ketika media meliput peristiwa kekerasan secara komprehensif dan rinci, masyarakat menjadi lebih sadar akan prevalensi dan dampak negatif dari masalah ini. Di sisi lain, rendahnya perhatian media dapat membuat masyarakat menganggap isu tersebut kurang penting.
Ketiga, media dapat mempengaruhi sikap masyarakat terhadap penjahat yang melakukan kekerasan. Jika pemberitaan media cenderung menyalahkan pelaku dan mengkritik tindakannya, maka masyarakat akan semakin kritis terhadap pelaku. Namun, masyarakat mungkin menjadi lebih toleran terhadap tindakan kekerasan jika media kurang mengkritik pelaku atau melegitimasi tindakan mereka.
Terakhir, media dapat mempengaruhi persepsi masyarakat mengenai cara sistem peradilan dan pemerintah menangani insiden kekerasan. Jika media memberitakan secara kritis mengenai kinerja pemerintah dan sistem hukum, masyarakat akan menjadi lebih skeptis dan mempertanyakan upaya pemerintah dalam mengatasi permasalahan tersebut. Sebaliknya, ketika media memberikan pemberitaan yang positif, masyarakat menjadi yakin bahwa upaya yang dilakukan pemerintah sudah cukup.
Ilustrasi pembunuhan Vina dan Eky di Cirebon (Sumber) |
Berbagai dampak
Kritikus dan pendiri MondiBlanc Film Workshop, Nosa Normanda, berpendapat, film yang menyinggung kekerasan seksual secara banal mempunyai dampak positif dan negatif. Meskipun memicu kesadaran publik, trauma korban kekerasan seksual bisa kembali, apalagi ketika film tersebut tidak memberi peringatan saat rilis. Dampak lainnya adalah ketika penonton yang kurang kritis malah melakukan obyektifikasi kepada korban.
"Ada banyak komentar di media sosial yang bernada misoginis setelah menonton film Vina. Mereka tidak melihat korban kekerasan seksual sebagai korban," tutur Nosa yang juga merupakan pembuat film. Nosa menambahkan, film horor biopik sebetulnya bisa menggunakan berbagai pendekatan tanpa melukai korban. Film The Conjuring (2013), misalnya, fokus pada mengambil cerita horor dari perspektif Ed and Lorraine Warren sebagai pengusir setan ketimbang korban.
Ada pula contoh film tentang kekerasan seksual menggunakan genre lain, tetapi bisa tetap memantik diskusi di masyarakat, seperti film-film kriminal atau detektif Hollywood. Film Hope (2013) dengan genre drama dari Korea Selatan adalah contoh lainnya. Film ini fokus bagaimana korban dan keluarga korban pulih dari trauma. Mengutip Korea JoongAng Daily, publik sempat mempertanyakan intensi film ini, tetapi kemudian menjadi box office.
"Saya akan bilang, seandainya film dibuat dengan pendekatan yang lebih etis, orang akan lebih memahami isunya. Saya rasa kesuksesan film itu juga bisa lebih besar karena semua orang bisa datang menonton, termasuk korban kekerasan seksual. Orang yang menonton akan sadar bahwa kekerasan itu salah," kata Nosa.
Kehadiran Vina: Sebelum 7 Hari tidak bisa dimungkiri turut memberi dampak negatif kepada Vina dan keluarga Vina. Selain keluarganya mengalami intimidasi, Vina yang telah meninggal dunia masih menghadapi obyektifikasi dari sejumlah penonton di media sosial. Ketika ditanya mengenai hal tersebut, Anggy tampaknya menyerahkan hal tersebut kembali ke setiap pribadi. "Strateginya meminta perlindungan Allah SWT, melalui semua pihak yang salah satunya mempunyai kewajiban menjaga keselamatan dan kemaslahatan rakyat, yaitu negara Republik Indonesia," ujarnya.
Namun, Anggy menekankan, dia berharap agar kasus Vina segera tuntas dan banyak orang belajar dari film ini. Yang paling penting, lanjutnya, almarhumah juga terus didoakan.
Secara keseluruhan, menurut saya media massa memainkan peran penting dalam membentuk narasi dan persepsi sosial mengenai topik kekerasan. Oleh karena itu, ketika meliput kejadian seperti yang digambarkan dalam film Vina: 7 hari yang lalu, media harus memberikan pemberitaan yang adil, akurat dan sensitif. Hal ini akan membantu meningkatkan kesadaran dan empati masyarakat terhadap para korban dan memfasilitasi upaya yang lebih besar untuk mencegah dan mengatasi kekerasan jalanan dan masalah geng motor di masa depan.
(END/SAJID)
Referensi :
Komentar
Posting Komentar