“Bukber: Tradisi yang Terjaga atau Hanya Ajang Sosial?”
Selama bulan Ramadhan, umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, merasakan sebuah tradisi yang telah menjadi inti dari bulan suci ini: buka puasa bersama, atau yang lebih dikenal dengan "bukber". Tradisi ini tidak hanya mengundang keberkahan, tetapi juga telah menjadi kegiatan yang dinantikan oleh semua lapisan masyarakat, dari remaja hingga orang tua. Bukber kini telah meluas, diadakan mulai dari lingkungan kecil antar teman hingga pertemuan besar di kantor dan bahkan oleh para pejabat negara, menegaskan bahwa bukber adalah sebuah kebiasaan yang menyatukan berbagai komunitas.
1. Asal Usul Sejarah Bukber
Tradisi
buka puasa bersama (bukber) bermula dari praktik Nabi Muhammad SAW yang sering
berbuka puasa bersama dengan para sahabatnya. Beliau mengajarkan umat Islam
untuk berbagi makanan saat berbuka, sebagai bentuk solidaritas dan kepedulian
terhadap sesama. Ini bukan hanya tentang mengakhiri puasa, tetapi juga tentang
memperkuat ikatan sosial dan komunitas. Dalam Islam, berbuka puasa dianggap
sebagai waktu yang penuh berkah, dan berbagi makanan dengan orang lain di saat
berbuka dipercaya dapat meningkatkan keberkahan tersebut. Rasulullah SAW juga
menekankan pentingnya silaturahmi, atau menjaga hubungan baik dengan sesama,
yang menjadi salah satu esensi dari bukber.
Seiring waktu, bukber berkembang menjadi bagian dari budaya Islam, tidak hanya sebagai ritual agama tetapi juga sebagai kegiatan sosial yang menyatukan orang-orang dari berbagai latar belakang. Di Indonesia, misalnya, bukber menjadi momen di mana keluarga, teman, rekan kerja, dan bahkan komunitas yang lebih besar berkumpul untuk berbuka puasa bersama, seringkali diiringi dengan doa dan dzikir bersama. Bukber juga menjadi sarana untuk berbagi dengan mereka yang kurang mampu. Banyak masjid dan organisasi sosial yang menyelenggarakan bukber untuk memberi makan kepada orang-orang yang membutuhkan, menghidupkan kembali semangat kebersamaan dan kedermawanan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Dengan demikian, bukber tidak hanya terjaga sebagai tradisi, tetapi juga terus berkembang dan menyesuaikan diri dengan konteks sosial dan budaya setempat, sambil tetap mempertahankan nilai-nilai inti dari ajaran Islam.
2. Makna dan Nilai
Tradisi
bukber yang telah berkembang menjadi bagian dari budaya dan agama Islam ini,
terus menginspirasi umat Muslim untuk menghidupkan nilai-nilai kebersamaan dan kedermawanan.
Bukber tidak hanya menjadi momen untuk memenuhi kebutuhan fisik setelah
seharian berpuasa, tetapi juga menjadi kesempatan untuk mempererat hubungan
sosial dan spiritual antar individu. Dalam konteks yang lebih luas, bukber
mencerminkan prinsip-prinsip Islam yang mengajarkan umatnya untuk saling
membantu dan berbagi. Ini adalah waktu di mana perbedaan sosial dan ekonomi
diharapkan dapat terlupakan, dan semua orang duduk bersama di meja yang sama,
berbagi makanan yang sama, dan merasakan kebahagiaan yang sama.
Selain
itu, bukber juga menjadi sarana untuk mengingat dan berempati terhadap mereka
yang kurang beruntung. Dengan berbagi makanan kepada yang membutuhkan, bukber
mengajarkan kita untuk tidak hanya bersyukur atas nikmat yang telah diterima,
tetapi juga untuk menjadi lebih peka dan responsif terhadap keadaan sekitar.
Dengan demikian, bukber tetap relevan dan penting, tidak hanya sebagai tradisi
yang diwariskan dari generasi ke generasi, tetapi juga sebagai praktik yang
terus diperbarui dan diperkaya dengan nilai-nilai baru yang sesuai dengan
dinamika zaman. Ini adalah tradisi yang terus hidup dan bernafas, mengajarkan
kita tentang pentingnya komunitas, kebersamaan, dan kepedulian terhadap sesama.
3. Tradisi dan Perubahan
Seiring berjalannya waktu, tradisi bukber telah mengalami evolusi yang signifikan, terutama dengan adanya modernisasi dan pengaruh media sosial. Bukber yang awalnya merupakan pertemuan sederhana di rumah-rumah, kini telah berkembang menjadi acara yang lebih besar dan meriah, diadakan di berbagai lokasi mulai dari masjid hingga tempat-tempat umum. Modernisasi telah membawa perpaduan antara warisan budaya yang kaya dan pengaruh global, memberikan dampak kompleks terhadap cara hidup dan pandangan hidup masyarakat, termasuk pergeseran dalam budaya dan nilai-nilai tradisional. Media sosial telah memainkan peran penting dalam meningkatkan popularitas bukber, dengan orang-orang yang sering membagikan foto-foto dan cerita tentang bukber mereka, menjadi inspirasi bagi orang lain untuk ikut serta dalam kegiatan serupa dan memperluas jejaring sosial. Di era digital, teknologi memungkinkan orang untuk mengatur dan mengundang teman-teman mereka untuk bukber melalui media sosial atau aplikasi pesan, bahkan ada platform daring khusus untuk bukber virtual, menunjukkan bahwa bukber telah bertransformasi dari sebuah tradisi keagamaan menjadi fenomena sosial yang lebih inklusif dan meriah.
4. Variasi Kuliner
Buka
puasa merupakan momen dimana banyak sekali ragam ataupun variasi dari kuliner
yang dihidangkan, mulai dari yang manis, asin, asam, semua ada disajikan saat
berbuka. Namun, ke-khasan hidangan atau makanan pada saat berbuka puasa
sendiri itu adalah kurma. Kurma sendiri merupakan makanan yang selalu ada
disajikan dalam bulan Ramadhan tentunya untuk berbuka dan bahkan sahur. Selain
itu masih banyak lagi berbagai kuliner seperti kolak yang menjadi ciri khas,
gorengan yang umum dijumpai dan es pisang ijo yakni minuman khas dari daerah
Sulawesi yang hangat dijumpai pada saat bulan puasa.
Kolak
Pisang merupakan makanan khas saat berbuka puasa. Rasa yang enak ditambah
dengan kuah santan yang gurih dan manis, maka tak heran jika kuliner ini kerap
menjadi sajian berbuka puasa. Kolak pisang adalah makanan ringan yang terbuat
dari pisang yang dimasak dengan santan, gula, dan rempah-rempah, yang
memberikan rasa manis dan harum yang lezat. Selain itu kolak pisang adalah
salah satu hidangan tradisional Indonesia yang telah menjadi favorit banyak
orang secara turun temurun. Hidangan ini tidak hanya lezat, tetapi juga
memberikan energi dan nutrisi yang dibutuhkan setelah seharian berpuasa. Selama
bulan Ramadhan, kolak pisang seolah menjadi hidangan wajib di meja berbuka
puasa di rumah dan masjid. Kehangatan dan aroma harum dari kolak pisang mengisi
udara saat keluarga berkumpul untuk berbuka puasa bersama.
Kolak" yang menjadi kuliner khas bulan puasa (Sumber : AKURAT.CO)
Selanjutnya
ada gorengan yakni hidangan yang sangat populer saat buka puasa di Indonesia.
Hidangan ini terdiri dari berbagai jenis makanan yang dicelupkan ke dalam adonan
tepung terigu atau adonan berbahan dasar tepung beras, kemudian digoreng hingga
kecokelatan dan renyah. Beberapa contoh gorengan yang sering disajikan saat buka
puasa meliputi tahu goreng, tempe goreng, pisang goreng, ubi goreng, dan lumpia
goreng. Kelezatan gorengan ini tidak hanya memberikan kepuasan rasa setelah
seharian berpuasa, tetapi juga menjadi sajian yang cocok untuk dinikmati
bersama keluarga dan teman-teman.
Gorengan adalah makanan yang paling dicari saat bulan puasa (Sumber : ners.unair.ac.id)
Nah
yang tidak kalah menariknya adalah Pisang ijo atau es pisang ijo yang menjadi
makanan khas Makassar, Sulawesi Selatan. Es ini sangat terkenal di tengah
masyarakat dan cocok untuk menu takjil berbuka puasa. Hidangan ini terdiri dari
potongan pisang yang dibalut dengan adonan tepung beras hijau yang terbuat dari
tepung beras, santan, daun pandan, dan garam, kemudian dikukus hingga matang.
Setelah itu, es pisang ijo disajikan dengan siraman kuah santan manis yang
kental, serta taburan es serut dan biji selasih. Rasanya yang manis dan segar
membuat es pisang ijo menjadi pilihan favorit untuk mengakhiri puasa,
menyegarkan tenggorokan, dan mengembalikan energi setelah seharian berpuasa.
"Es Pisang Ijo" makanan khas Sulawesi untuk buka puasa (Sumber : Travelling Indonesia)
5. Pentingnya Silaturahmi
Silaturahmi,
atau menjalin hubungan baik dengan sesama, memiliki nilai penting yang sangat
besar dalam Islam, terutama saat Bulan Ramadhan. Salah satu bentuk praktik
sillaturrahmi yang sering dilakukan pada bulan Ramadhan adalah kegiatan buka
bersama (bukber), di mana umat Islam berkumpul untuk berbuka puasa
bersama-sama. Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan rahmat bagi
umat Islam. Selama bulan ini, umat Muslim menjalankan ibadah puasa sebagai
wujud ketaatan kepada Allah SWT. Namun, Ramadhan bukan hanya tentang menahan
lapar dan haus, tetapi juga merupakan waktu untuk memperdalam hubungan baik
dengan sesama manusia, yang dalam Islam dikenal sebagai sillaturrahmi.
Sillaturrahmi memiliki arti yang dalam dalam ajaran Islam. Rasulullah Muhammad
SAW bersabda, "Tidak masuk surga orang yang memutuskan tali
silaturahmi." (HR. Muslim). Dari hadis ini, kita dapat memahami betapa
pentingnya menjaga hubungan baik dengan keluarga, teman, tetangga, dan semua
orang di sekitar kita.
Salah
satu praktik silaturahmi yang populer di bulan Ramadan adalah buka bersama atau
bukber. Bukber adalah saat dimana umat Muslim berkumpul untuk berbuka puasa
bersama-sama setelah berpuasa seharian. Kegiatan ini bukan hanya sekedar makan
bersama, tetapi juga merupakan wujud nyata dari nilai-nilai silaturrahmi dan
ukhuwah Islamiyah (persaudaraan dalam Islam). Bukber membantu mempererat
hubungan antara sesama muslim. Melalui kegiatan ini, kita dapat saling
mengenal, berbagi cerita, dan mempererat persahabatan yang selama ini terjalin.
Berbuka bersama dengan orang lain, terutama yang kurang mampu atau membutuhkan,
mengajarkan kita untuk peduli terhadap sesama. Kegiatan ini mengajarkan sikap
empati dan berbagi rezeki kepada yang membutuhkan. Bulan Ramadhan adalah waktu
yang tepat untuk memperbaiki hubungan yang retak atau terputus dengan orang
lain. Melalui bukber, kita dapat mengajak berbicara dan meminta maaf kepada
orang-orang yang pernah terluka hatinya. Berbuka puasa bersama merupakan bentuk
amal yang mendatangkan berkah. Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa
memberi makan orang yang berpuasa, baginya pahala seperti orang yang berpuasa
tersebut tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun."
(HR. Tirmidzi). Bukber juga merupakan sarana untuk memperkokoh rasa solidaritas
dan ukhuwah Islamiyah di antara umat Islam. Saat kita berkumpul dan berbagi
hidangan buka puasa, kita merasakan kebersamaan dan persatuan sebagai umat
Muslim.
Dengan demikian, buka bersama (bukber) merupakan kegiatan yang lebih dari sekadar makan bersama, tetapi juga sebagai sarana untuk memperkuat nilai-nilai persaudaraan dan solidaritas dalam Islam. Selama Bulan Ramadhan, mari manfaatkan setiap kesempatan untuk menjalin silaturrahmi dan memperkuat tali persaudaraan sesama umat Islam. Allah SWT menjanjikan pahala dan berkah bagi mereka yang menjaga hubungan baik dengan sesama manusia.
Oleh: Annisa Annida Nasution, Imma Fatul Hasnah, Maulana Sajid, Meilinda Sri Wahyuni, Windy Anugrah Fulendra
Komentar
Posting Komentar