"Pengaruh Pers Pasca-Film Vina: Upaya Mengungkap Kematian Misterius"

Bagaimana Pers Berperan dalam Mengungkap Kasus Kematian Vina Pasca-Pemutaran Film "Vina Sebelum Tujuh Hari"

Oleh : Annisa Annida Nasution

Ilustrasi pembunuhan Vina (Sumber : Radar Gresik)

"Kasus kematian Vina merupakan salah satu peristiwa yang sangat menghebohkan masyarakat Indonesia khususnya di Cirebon. Pasalnya Vina, seorang remaja berumur 16 tahun dan juga pacarnya Rizky menjadi korban pembunuhan berencana yang dilakukan oleh sekelompok geng motor. Awalnya, kematian mereka diusut sebagai kecelakaan lalu lintas, namun dengan pemeriksaan/autopsi lebih lanjut akhirnya mengungkapkan bahwa Vina dan Rizky adalah korban pembunuhan." 

Analisa Pengaruh Pers Terhadap Pandangan Masyarakat :

        Dari kasus yang telah disebutkan, terungkap bahwa kematian Vina pada tahun 2016 adalah hasil dari pembunuhan yang direncanakan dengan cermat. Diketahui ada sebelas pelaku dalam kasus ini, dimana delapan di antaranya telah berhasil ditangkap, sementara tiga lainnya masih berhasil mengelak dari penangkapan hingga saat ini. Sudah delapan tahun berlalu, namun ketiga pelaku tersebut masih belum berhasil ditemukan. Ironisnya, kasus ini kemudian diangkat menjadi sebuah film yang saat ini sedang menjadi perbincangan hangat dan menimbulkan kontroversi yang tidak sedikit. 

Poster Film Vina: Sebelum 7 Hari (Sumber : JAWA POS RADAR MOJOKERTO)

        Film tersebut, yang dirilis delapan tahun setelah kematian korban, menyoroti bentuk pelecehan seksual yang dialami oleh Vina. Sejak film ini dirilis, banyak pandangan masyarakat mengenai kasus ini yang berubah. Misalnya, Vina digambarkan sebagai remaja yang menolak perasaan dari sahabat pacarnya, Egy, dengan cara yang dianggap tidak etis, yang kemudian memicu dendam Egy untuk menyakiti Vina. Hal ini menimbulkan spekulasi baru di masyarakat bahwa mungkin jika Vina menolak Egy dengan cara yang lebih sopan, dendam tersebut tidak akan pernah terjadi.

       Lebih lanjut, film ini mengungkapkan bahwa teman Vina, Lina, mengalami kerasukan oleh arwah Vina, yang mengungkapkan bahwa para pelaku yang masih buron mencoba melarikan diri ke Jakarta dan salah satu dari mereka adalah anak dari seorang aparat negara, yaitu polisi. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa pelaku tersebut selamat dari penangkapan karena adanya perlindungan dari orang dalam dan bahkan telah mengubah identitasnya. 

    Dari film ini juga terungkap bahwa Vina, semasa hidupnya, selalu tampil dengan gaya remaja yang populer di zamannya, seperti menggunakan rambut sambung dan behel. Menariknya, selama proses autopsi, Lina kembali mengalami kerasukan arwah Vina yang meminta agar rambut sambung dan behel-nya dilepaskan agar jasadnya dapat beristirahat dengan tenang. Ini memberikan perspektif baru kepada masyarakat bahwa jika seseorang meninggal dunia dengan menggunakan rambut sambung (hair extension) dan behel, kedua hal tersebut harus dilepaskan.

       Film ini juga menuai kontroversi yang signifikan karena dianggap mengeksploitasi tragedi pembunuhan Vina dan Rizky pada tahun 2016. Veryanto Sitohang, Komisioner Komnas Perempuan, menyatakan keprihatinan atas dampak negatif film tersebut terhadap korban kekerasan seksual dan masyarakat umum. Kontroversi ini juga merambah ke media sosial, terutama terkait dengan adegan kekerasan seksual yang ditampilkan tanpa sensor. Beberapa penonton berpendapat bahwa adegan tersebut penting untuk menggambarkan realitas yang dialami oleh Vina, sementara yang lain merasa bahwa adegan tersebut terlalu brutal dan tidak etis.

        Meskipun kontroversial, film ini juga membawa pesan mendalam tentang keadilan, balas dendam, dan sisi kelam masyarakat. Berdasarkan kisah nyata tragis Vina Puspita, film ini tidak hanya menghibur tetapi juga menggugah kesadaran. Selain itu, efek dari diangkatnya kasus ini menjadi film adalah dimulainya kembali pencarian terhadap tiga pelaku pembunuhan Vina. Pencarian ini terus berlangsung dan Polda Jawa Barat berupaya agar kasus ini dapat segera diselesaikan.

    Berdasarkan analisis saya, terdapat perbedaan pandangan masyarakat sebelum dan sesudah kasus Vina diangkat menjadi film “Vina: Sebelum 7 Hari”. Pertama, dalam aspek kesadaran publik, kasus Vina mungkin sebelumnya tidak terlalu dikenal oleh masyarakat luas dan sudah mulai dilupakan, namun setelah diangkat menjadi film, kasus ini menjadi sangat dikenal dan kembali menjadi topik pembicaraan yang ramai di masyarakat. Kedua, dalam aspek persepsi terhadap kasus, kasus ini awalnya dilihat sebagai tragedi pembunuhan yang terisolasi, namun setelah diangkat dalam film, kasus ini malah menjadi konteks yang lebih luas, termasuk isu kekerasan seksual dan eksploitasi oleh media. Ketiga, berdasarkan aspek empati terhadap korban, sebelum kasus ini diangkat, empati mungkin terbatas pada lingkungan korban dan bagi beberapa yang mengikuti berita saat itu, namun setelah kasus ini diangkat, rasa empati meningkat secara signifikan dan banyak orang merasa terhubung dan berduka atas korban sebagai akibat dari representasi dalam film. Keempat, dalam aspek diskusi tentang media, sebelumnya mungkin tidak ada diskusi publik tentang representasi kasus ini di media, namun setelah diangkat menjadi film, diskusi tentang pemberitaan kasus ini menjadi luas. Kelima, berdasarkan tuntutan keadilan, mungkin sebelumnya keluarga korban tidak mampu menuntut penyelesaian kasus ini seintensif setelah film ini diangkat, yang menjadi wujud nyata dari keadilan bagi korban.


(END/ANNISA)

Referensi :

Kronologi Kejadian Asli Kasus Pembunuhan Vina Cirebon yang Difilmkan

Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Kisah Tragis Vina Cirebon dan Kebrutalan Geng Motor Rekayasa Kematian

8 Tahun Tak Tuntas! Menguak Kronologi Rinci Kasus Pemerkosaan dan Pembunuhan Vina di Cirebon

Kronologi Kasus Vina Cirebon: Perbuatan Keji Pelaku, 3 Orang Masih Buron Sejak 2016


Komentar

Postingan Populer